National Center for Corporate Reporting > Articles > Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Krisis Global: Mempertahankan Keberlanjutan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Krisis Global: Mempertahankan Keberlanjutan

Bagi sebagian perusahaan, tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility-CSR) masih dipandang sebagai cost center tanpa hasil nyata yang berarti. Hal ini mengakibatkan pertanyaan apakah kegiatan tangung jawab sosial masih relevan di tengah perusahaan yang sedang berjuang menghadapi krisis global. Jawabnya adalah ‘ya’. Dengan program CSR yang terencana dan tepat, akan mendatangkan hasil yang siknifikan bagi penanggulangan krisis global serta penciptaan kelangsungan hidup perusahaan dan ekosistem yang lebih seimbang.
Ada 2 makna yang terkandung dalam kata ‘krisis global’. ’Global’ menunjukkan kenyataan bahwa kita semua hidup di dunia tanpa sekat lagi (Marshall McLuhan, 1967). Oleh karena itu krisis keuangan yang disinyalir berasal dari Amerika menjadi krisis global yang menyentuh setiap negara di manapun berada. ‘Krisis’ merupakan suatu keadaan yang memprihatinkan. Krisis keuangan yang terjadi saat ini muncul ditengah dunia yang sedang berseru akan krisis lingkungan. Kedua krisis ini meminta perhatian tidak hanya pada negara tertentu, namun semua negara untuk segera bertindak. Inilah inti globalisasi.

Peranan kinerja tanggung jawab sosial pada kedua krisis tersebut sungguh nyata dan saling berhubungan. Dalam krisis keuangan, perusahaan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui efisiensi dalam berbagai hal. Banyak penghematan yang secara langsung terkait dengan aktivitas CSR. Sebut saja, konsep 3R (reduce, recycle, reuse), penghematan pemakaian energi, atau pemberdayaan masyarakat sekitar. Konsep 3R jelas menunjukkan penghematan dengan mengurangi berbagai kebutuhan yang tidak penting, mendaur ulang limbah yang dapat dimanfaatkan, atau memakai kembali limbah setelah diproses. Konsep ini memerlukan perhitungan cermat yang dibahas dalam waste management approach.

Dalam mendukung penghematan pemakaian energi, beberapa perusahaan telah menunjukkan kepeduliannya. Majalah Swa, pada edisi awal Juli baru-baru ini menghadirkan beberapa perusahaan, salah satunya adalah Philips Lighting Indonesia. Dalam upaya efisiensi biaya ini, Hendra Rusmana Liu, sang Manajer Pemasaran menyatakan bahwa produk lampu hemat energi merupakan komitmen perusahaan dalam inovasi yang berbasis efisiensi. Walaupun pada kenyataannya terdapat keengganan konsumen membeli lampu hemat energi karena harga yang lebih mahal dari lampu biasa, namun sesungguhnya terdapat keuntungan jangka panjang. ”Untuk lampu biasa, hanya bisa bertahan selama 6-7 ribu jam, sedangkan lampu hemat energi mampu bertahan hingga 15 ribu jam dengan penggunaan listrik yang lebih sedikit”. Sebagai bukti, jaringan hotel Intercontinental berhasil menghemat sekitar Rp 12 miliar dengan penggantian bola lampu hemat energi.

Dari sisi perusahaan, inovasi produk memerlukan biaya yang tidak sedikit, yang akhirnya menjadi komponen harga jual. Namun seiring naiknya kesadaran konsumen menggunakan produk hemat energi, biaya inovasi diharapkan tertutupi, bahkan profit pun dapat di raih melalui corporate positif image creation. Hal ini tidak saja terjadi pada produk berbasis energi, namun produk ramah lingkungan lainnya, misalnya kosmetika. Bila rantai strategi bisnis ini berhasil, maka perusahaan tidak hanya mampu merespon krisis keuangan dengan baik, namun juga mengurangi krisis lingkungan. Bila kedua krisis teratasi, maka perusahaan mampu menciptakan keberlanjutan yang lebih lengkap: keberlanjutan hidup perusahaan sekaligus keberlanjutan hidup alam.

Kegiatan CSR lain yang dianggap sebagai cost center adalah pemberdayaan masyarakat sekitar melalui pelatihan. Banyak perusahaan melakukan kegiatan ini hanya sebagai upaya menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Seharusnya, kegiatan ini perlu direncanakan dengan cermat. Pemberian pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan merupakan salah satu contoh penghematan yang dapat dilakukan dalam upaya mencari karyawan yang kompeten. Bila upaya ini berhasil, maka nilai sense of belonging dapat ditanamkan pada local empoyees tersebut. Begitu pula dengan pelatihan terarah yang dapat menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat sehingga ketergantungan pada perusahaan dapat dikurangi, yang artinya social cost saving dapat dibukukan.

Keberhasilan kegiatan CSR merupakan upaya mengatasi krisis keuangan, sekaligus lingkungan. Seorang Profesor CSR dari London, David Crowther, dalam buku terbarunya ’The Durable Corporation’ mengatakan bahwa dalam mengelola setiap dampak kegiatan korporasi, termasuk isu keuangan maupun lingkungan, diperlukan keberlanjutan yang berakar pada kebersamaan. Kebersamaan ini mengacu pada tanggung jawab setiap individu (individual responsibility) sebagai dasar menuju tanggung jawab perusahaan (corporate responsibility) yang dilakukan secara menyeluruh (globally). Inilah arti tanggung jawab sosial sesungguhnya.

Juniati Gunawan
Dosen Pasca Sarjana MM-CSR
Universitas Trisakti-Jakarta

Published: Koran Bisnis Indonesia, 15 Juli 2009

Program

GRI Standards Certified Training

The Global Reporting Initiative (GRI) is a non-governmental organization that develops and disseminates globally applicable voluntary Sustainability Reporting Guidelines. These guidelines has been developed through a multi-stakeholder process that incorporates the active participation of business, accountancy, investment, human rights, research and labour organizations from around the world.

Learn more

Updates

  • NCCR Holds 19th Asia Sustainability Report Rating (ASRRAT)

    November 8, 2023

    The National Center for Corporate Reporting (NCCR) again held the Asia Sustainability Report Rating (ASRRAT) 2023 ranking ceremony. The ASRRAT... View Article

  • ASRRAT 2023 : Call for Tenants

    August 22, 2023

    The Sustainable Development Goals (SDGs) are a world agenda that has been running since it was inaugurated in 2015. The... View Article

  • Assurance Services

    NCCR Assurance Service delivers confidence and ability in determining strategic direction by independently assessing an organization’s stated frameworks against their own stated performance.

    Program

    GRI Standards Certified Training

    The Global Reporting Initiative (GRI) is a non-governmental organization that develops and disseminates globally applicable voluntary Sustainability Reporting Guidelines. These guidelines has been developed through a multi-stakeholder process that incorporates the active participation of business, accountancy, investment, human rights, research and labour organizations from around the world.

    About NCCR

    NCCR in Brief

    NCCR is the first independent organization to develop sustainability reporting in Indonesia and the first organization to introduce the term “sustainability report” in Indonesia.

    Learn more

    National Center for Sustainability Reporting
    Buncit Town House Kav. 4
    Jl. Haji Sa'abun Taman Margasatwa
    Jakarta Selatan 12540
    Tel : +62 21 782 3524
    Fax: +62 21 782 3523

    ncsr.id
    ncsr_id
    ncsrindonesia
    National Center for Sustainability Reporting
     
    Need Help? Chat with us